Menemukan Normal yang Baru

Jujur saya merasa ditampar dengan tulisan pak Dahlan Iskan di DI’s Way dengan judul Corona Apalagi (https://www.disway.id/r/892/covid-apalagi).

Penyakit ini sudah membuat berbagai sendi kehidupan sehari-hari kita berubah 180 derajat. cukuplah para ahli sains, medis dan ekonom yang memaparkan apa saja perubahan yang sudah terjadi.

Tapi kita sebagai orang-orang yang hidup di masa ini, harus bersiap untuk menemukan “normal” yang baru. Mengapa? karena sebelum penyakit ini ter-eradikasi dengan baik melalui vaksinasi–seperti cacar misalnya– maka ia akan selalu, sekali lagi SELALU akan ada di sekitar kita.

Ini bukan pandangan pesimis, tapi realistis terhadap keadaan. cukup sudah kekhawatiran berlebihan. saatnya berubah kata pak Dahlan Iskan.

Dalam konteks keseharian saya sendiri sebagai dokter, maka konsep “normal” itu sudah harus berubah.

Hal yang menyedihkan adalah kami para tenaga medis tidak bisa lagi “seakrab” dulu dengan pasien. Dulu saat kuliah kedokteran dan ujian Osce, kami selalu diajarkan untuk jabat tangan dengan pasien dan mengucapkan salam, tapi kenyataan di lapangan, sekian banyak SOP mengharuskan kami menjaga jarak dengan pasien dan menggunakan APD lengkap.

Dulu pasien demam dan batuk 3 hari kami resepkan obat batuk biasa. Tapi sekarang, harus menggunakan cek Lab, rontgen bahkan Swab Test (yg bisa jadi negatif pada kondisi tertentu).

Siapapun kita, dimanapun kita berada, apapun pekerjaan kita, pasti banyak perubahan yang sudah terjadi sejak pandemi ini terjadi. tapi kita tetap harus bertahan dan survive. menemukan definisi “normal” yang baru dan move on.

Dan bersiap dengan kemungkinan terburuk –sebelum virus ini dieradikasi– bahwa kita akan hidup berdampingan dengan virus ini, dan penyakit lain yang mungkin mendampinginya. menemukan Normal yang Baru.

Diterbitkan oleh hendra_hr

My life is depending on Allah, my actions are on me.

Tinggalkan komentar